Membantah Bianglala di tahun 2016

And one day, someone will knock my door and say "Home, I'm home."
Seseorang pernah mengatakan kepadaku bahwa aku adalah rumahnya. Aku adalah tempat di mana ia kembali dan blablabla. Ya, kamu tau kan maksudku. Aku pun demikian, di tahun 2016 aku sangat menyukai konsep rumah itu ada pada seseorang yang kepadanya aku merasa sangat nyaman. Entah orangtua, adek, pasangan, teman, dan lain sebagainya.

Tapi di tahun 2018 ini dengan tegas aku membantah diriku sendiri tentang konsep rumah adalah 'orang tempat kita berpulang'.

Pikiranku bertumbuh dan berkembang seiring dengan pengalaman-pengalaman yang aku terima dua tahun ini. Aku banyak membaca bahwa ternyata rumah itu bukan orang lain, rumah itu diri ku sendiri. Aku mengalami pengalaman di mana tempat ternyaman itu seharusnya adalah diriku sendiri, bukan orang lain. Aku menyadari bahwa tempat seharusnya aku mengadu dan bergantung adalah kepada Tuhan dan kemudian diriku sendiri, bukan orang lain.

Orang itu dinamis, kata seseorang di twitter. Ah bener juga.
Barangkali saat ini dia begitu nyaman dan memahamiku tapi siapa yang tahu kalau besok dia sudah tidak nyaman lagi? Sedangkan diriku sendiri adalah yang paling memahamiku dan satu-satunya yang bisa aku kontrol.

Tetapi sebenernya, konsep rumah adalah orang lain dan rumah adalah diri sendiri adalah dua konsep yang nggak bisa kita samakan sepenuhnya. Aku nggak bohong bahwa kadang aku butuh orang lain yang bener-bener membuatku nyaman. Tapi di luar itu, seharusnya tempatku 'berpegangan' secara utuh adalah diriku sendiri (tentu bagiku Tuhan nomer satu).

Dengan pemikiran yang berubah ini, aku jadi lebih siap jika sewaktu-waktu orang lain akan mengecewakanku, karena aku belajar untuk tidak bergantung sepenuhnya kepadanya.

Anyway, dengan berubahnya pikiranku ini, aku merasa aku bertumbuh. Dengan membantah diriku sendiri di masa lalu ini aku merasa aku berkembang. And I'm proud of me. Tulisanku di tahun 2016 tentang rumah adalah sosok orang lain tidak aku hapus karena dialah salah satu saksi perkembangan dan pertumbuhan pikiranku.

Dari sini juga aku belajar tentang perbedaan opini. Jika ada orang yang opininya berbeda denganku, bisa saja karena posisi perjalanannya berbeda denganku. Sehingga saat ini, penerimaanku bisa lebih luas.


PS. Bisa saja kelak, pemikiranku tentang hal ini akan berubah dan terus berubah.

No comments:

Post a Comment