Sebelum Membenci Orang, Ada Baiknya Baca ini Dulu

Aku bukan tipe orang suci yang jarang memiliki perasaan atau pikiran negatif kepada orang lain. Aku mudah kesal bahkan untuk urusan makanan yang lama sekali sampai di mejaku ketika aku sedang lapar-laparnya. Tapi, kadang kognitifku ini jalannya lebih cepat dibanding perasaan yang kadang mengganggu.

Aku pernah menjauhi seorang teman karena aku sakit hati oleh perilakunya. Entah benci atau takut tersakiti lagi, tapi perasaan yang seperti ini sangat nggak enak. Kemudian aku belajar, mengobservasi, mengalami sendiri, aku menemukan beberapa cara agar aku nggak mudah kesal atau membenci orang lain. Cara-cara berikut kadang manjur bagiku, kadang nggak manjur bagiku, nggak tentu manjur bagimu tapi juga mungkin manjur bagimu.

1. Coba Pahami
Pernah aku membaca salah satu artikel di psychologytoday (yang sayangnya aku lupa menyimpan artikel itu). Artikel itu tentang bagaimana cara memaafkan dan dimensi-dimensi dari memaafkan itu sendiri. Salah satu dimensi yang paling ngena di hatiku adalah 'coba pahami atau coba membayangkan jika berada di posisinya.' Mungkin posisinya berat sehingga dia harus memilih untuk menyakiti kita atau dengan tidak sengaja atau tidak sadar menyakiti kita.

2. Derajat
Mbak Cime, salah seorang temanku yang lapang hatinya pernah bilang, "Kenapa harus menjelek-jelekkan orang, barangkali derajat dia lebih tinggi daripada kita." Ini sederhana tapi mampu membuatku merasa bersalah karena masih sering ngomongin kejelekan orang. Barangkali di Mata Tuhan, dia lebih baik posisinya. Barangkali Tuhan jauh lebih sayang kepadanya karena dari kesalahannya dia belajar dan kembali kepada Tuhan. Ngga ada yang tau, kan?

3. Memaafkan
Mungkin ini yang paling berat. Aku pun masih berat untuk memaafkan orang yang menyakiti hatiku. Tapi suatu ketika, saat sedang iseng scroll timeline twitter, salah satu akun agamis ngetwit yang intinya "Kenapa kita nggak memaafkan orang lain? Padahal Tuhan sudah sering memaafkan kita." Eh iyaya? Aku ini siapa kok sok sekali nggak memaafkan orang padahal dosaku sudah sangat banyak dan Tuhan masih saja memaafkanku? Sama-sama manusia, sama-sama nggak sempurna, sama-sama berbuat salah, kenapa nggak mau memaafkan?

4. Benci perilakunya
Awalnya menurutku ini klise sekali. Tapi aku baru sadar bahwa manusia adalah mahluk yang dinamis. Apa yang dipikirkan sekarang, belum tentu dipikirkan besok. Apa yang dilakukan sekarang, belum tentu dilakukan besok. Barangkali hari ini dia berbuat salah, tapi siapa jamin besok dia masih berbuat salah? Bukankah hidayah Tuhan itu datang dari arah mana saja? Mungkin orang yang kita benci saat ini karena satu perilakunya, besok udah jadi orang yang baik karena disadarkan oleh semesta bahwa perilakunya nggak baik. Ketika perilaku tersebut udah nggak lagi dia lakukan, masa iya kita masih membenci orangnya?

Ya begitulah. Aku pun sedang belajar. Nggak selalu aku bisa dengan mudah memaafkan atau tidak membenci orang tapi yang aku yakini, perasaan benci, sakit hati, tersinggung yang berkepanjangan dan berlebihan itu nggak enak. Maka dari itu, aku mencoba untuk menguatkan pikiran baik agar bisa 'melawan' perasaan negatif yang mengganggu.

Tapi, kalau kita ketemu orang super baik yang mengaplikasikan empat hal tersebut, itu bukan berarti kita bebas melakukan 'kejahatan' ke dia. Kita tetap manusia yang lebih sering 'bisa' memilih, memilih untuk melakukan hal baik meski dalam keadaan sempit sekalipun.

No comments:

Post a Comment