"2017 itu tahun yang tai banget." - seorang teman dekat
Tahun lalu, aku nulis untuk menutup tahun 2016. Tahun ini pun demikian. Aku nggak mampu untuk nge-post foto-foto berbagai macam momen di tahun 2017 di insta story karena selain karena males nyari fotonya, juga karena... ya udah yang lain aja yang ngelakuin hehe.
Dipikir-pikir, banyak banget yang terjadi di tahun 2017 ini.
Kalo biasanya "Wah kayaknya baru kemaren aku ini-itu", sekarang ngga ada pikiran demikian karena terlalu banyak yang terjadi dan semuanya memorable.
Dari skripsian, ulang tahun, sidang, ngejar biar bisa wisuda mei, ngejar biar bisa daftar S2, ke beberapa tempat bagus di Jogja, ikutan tes S2, keterima S2, operasi hidung yang sakit sampe bikin nggak bisa napas, blablablabla-----udah ah. Banyak pokoknya. Diinget-inget, tahun ini menyenangkan sekali. Banyak pengalaman yang udah kudapet dari yang paling bahagia sampai yang paling sedih, paling marah, paling kecewa, paling lucu--Tuhan beri lengkap.
Lagi-lagi, Tuhan beri lengkap momen dengan maknanya.
Di tahun 2017 ini, aku nggak hanya dapat pengalaman-pengalaman menyenangkan, tetapi juga pembelajaran yang luar biasa mendewasakan.
Aku belajar bahwa hal-hal baik dan buruk sama-sama harus diterima.
Hal-hal baik membuat kita semakin bersyukur dan respect sama Tuhan.
Hal-hal buruk membuat kita semakin kuat dan dekat dengan Tuhan.
Di awal tahun 2017, di masa-masa penerimaan ku terhadap kehilangan, aku pernah punya keinginan untuk bisa berbahagia sendiri. Aku memutuskan untuk nggak mau menggantungkan kebahagiaan di orang atau hal. Aku ingin bahagia karena itu keputusanku. Tapi kemudian, aku malah terlalu sibuk menggantungkan kebahagiaanku di mana-mana. Orang yang kusayang, benda yang kuinginkan, capaian yang ingin kutuju--sampe aku lupa dengan resolusi satu-satunya untuk tahun 2017. Sampai akhirnya, di sebuah siang di perpustakaan pusat beberapa minggu yang lalu, aku kecewa dengan sebuah kabar buruk. Kabar buruk yang kuterima setelah beberapa jam sebelumnya aku berdoa kepada Tuhan: Ya Allah, aku nggak tau apa yang akan terjadi ke depan. Aku mohon atur hidupku sebaik-baiknya. Kecewaku berlipat karena beberapa jam sebelumnya aku berdoa demikian. Tapi, aku mencoba menerima berita buruk tersebut. Aku sedih, kecewa, dan marah. Akhirnya aku menangis di perpustakaan pusat, di antara hasil pemeriksaan psikologis yang belum selesai dan mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar untuk UAS. Aku nangis.
Menangis adalah caraku untuk menerima emosi negatif.
Selama menangis, Zahra menenangkanku. Aku merasa beruntung ada Zahra kala itu.
Selama menangis, aku berpikir, mencari penenang untuk diriku sendiri. Sampai akhirnya Tuhan Yang Maha Baik memberiku makna, bahwa sesedih-sedihnya aku dengan keadaan saat itu, aku harus percaya bahwa rencana Tuhan yang terbaik. Klise memang, tapi menenangkan. Akhirnya aku mendapatkan jawaban dari resolusi ku di awal tahun 2017, bahwa aku nggak bisa bahagia sendirian, aku berbahagia bersama Tuhan.
Di tahun 2017 ini, lagi-lagi Tuhan memberikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaanku yang kuajukan kepada-Nya di tahun 2016. Kenapa aku kadang merasa nggak pede sama diriku sendiri? Kenapa aku kerap merasa nggak berharga? Kenapa aku takut berlebihan kalau orang yang kusayang marah ke aku? Kenapa aku sedih berlebihan ketika aku mengalami kehilangan? Tuhan beri jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu di tahun ini, dengan cara-Nya yang mengejutkan. Dengan membuatku jatuh dan berantakan nggak karuan, sampai akhirnya aku mencari cara dan mencari bantuan untuk berdiri dengan lebih tegak.
Aku belajar, bahwa hal buruk yang kuterima bisa membuatku berpikir bagaimana agar masalah ini selesai dan bagaimana agar aku bisa bangkit lagi. Agar nantinya, jika ada masalah serupa, aku sudah lebih kuat.
Dengan menerima-menerima kejadian, emosi, masa lalu, dan pengalaman, aku belajar untuk menerima diriku sendiri. Aku belajar untuk memahami bahwa 'oh gini ya rasanya sedih karena hal ini, lalu aku bisa apa ya?' akan mengantarkanku ke 'oh aku akan melakukan ini untuk menyelesaikan masalah, berarti aku adalah orang yang begini ya.' hingga pelan-pelan aku bisa memahami dan membentuk diriku sendiri. Berat sekali memang, tapi pasti bisa.
Nggak hanya menerima, di tahun 2017 aku juga belajar untuk meyakini bahwa Tuhan sudah sayang sekali sama hamba-Nya dan yang diberikan-Nya adalah kebaikan untuk hamba-Nya. Bagiku, meyakinkan diri dengan keyakinan seperti itu nggak mudah. Karena kadang, setiap habis merasa yakin, Tuhan menggodaku dengan kejadian-kejadian yang mengujiku dengan keyakinan itu.
"Tuhan itu nggak kayak manusia, mbak. Tuhan lebih dari itu. Nggak pemarah kayak manusia." - seorang temanTuhan sungguh Maha Baik. Di antara dosa-dosaku yang nggak terhitung, Ia masih saja memberiku berkah. Mungkin bagi yang setiap hari bisa bernapas dengan lega, oksigen dan hidung yang sehat adalah sesuatu yang jarang untuk disyukuri. Tapi aku pernah mengalami nggak bisa napas hingga kepala pusing karena suplai oksigen ke otak kurang. Karena hal tersebut, aku sungguh-sungguh mensyukuri mudahnya bernapas dan oksigen yang Tuhan berikan.
Tuhan sungguh Maha Baik, Di antara dosa-dosaku yang nggak terhitung, Tuhan masih memberiku kesempatan untuk melihat merapi dengan jelas, untuk melihat langit yang indah, untuk mendapat teman-teman yang baik, untuk mendapat makan gratis tiba-tiba, untuk bisa membuat orang lain senang, untuk bisa dirindukan orang lain, untuk bisa punya keluarga lengkap, untuk bisa berjalan dengan kedua kakiku, untuk bisa menyelesaikan tugas-tugasku, untuk diberi kesehatan, untuk bisa menikmati nasi padang, untuk bisa seneng banget karena liat video Tatan, untuk bisa berusaha mencari makna, untuk bisa menerima makna, untuk bisa berterima kasih, untuk bisa bersyukur. Tuhan Maha Baik.
Jadi, di tahun 2017 ini, jangan hanya berterima kasih pada tahun 2017 yang sudah memberikan banyak makna, berterima kasihlah kepada Tuhan yang sudah menunjukkan makna, dan yang paling penting kepada diri sendiri yang sudah berhasil melalui tahun ini dan menemukan makna.
Karena kadang kita lupa menghargai seseorang yang paling berjasa di hidup kita--diri kita sendiri.
No comments:
Post a Comment