Kado Ulang Tahun dan Skripsi

Pada tulisan ini, saya ingin menggunakan aku. Tidak ada alasan mendasar, hanya ingin.

Sudah pernah kukatakan bahwa hampir semua tulisanku adalah tentang self talk pada diriku sendiri. Begitu juga dengan yang berikut ini:

Beberapa waktu lalu seorang teman laki-laki berkeluh kesah tentang kehidupannya. Tentang ia yang tak pernah mendapat kado di hari ulang tahunnya, tentang ia yang tidak pernah mendapat surprise di hari ulang tahunnya, tentang dia yang masih bersusah payah dengan pekerjaannya, tentang ia yang masih jatuh bangun dengan tugas akhirnya. Ia iri betul dengan teman-temannya yang mendapatkan kado di hari ulang tahun, ia iri dengan temannya yang diberi kejutan oleh pacar di hari ulang tahun, ia iri dengan teman-temannya yang sudah mulai menulis skripsi bersama pacar masing-masing. 

Lalu aku bilang kepadanya (kurang lebih, yang pasti dengan kelebihan karena aku menuliskannya di sini)--yang sebenarnya ucapan ini berlaku untukku juga

Aku juga kadang iri dengan kehidupan orang lain, yang begini dan begitu. Tapi kalau mau banding-bandingan, sebenernya masih banyak kehidupan orang lain yang lebih sulit daripada sekedar mengeluhkan tidak diberi hadiah di hari ulang tahun. Kenapa aku harus sedih ketika bangun di hari ulang tahun dan tidak mendapat ucapan ulang tahun dari siapapun padahal Tuhan masih memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri. Sungguh kita nggak bisa membandingkan rezeki kita dengan rezeki orang lain. Kadang kita juga harus bertanya kepada diri kita sendiri, kenapa semua ini terjadi. Kurang bersyukurkah aku? Kurang perbaikan diri kah aku? Kurang baik kah aku dengan sesama sehingga sesama tidak berbaik hati kepadaku? Kurangkah waktuku untuk Tuhan? Dan banyak pertanyaan lainnya. 

Kemudian aku mengakhirkannya dengan,
capek kalo kita membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Toh semua orang pasti punya capek mental, keresahan, dan kesedihannya masing-masing, kan?

Satu yang selalu saya yakini, setiap orang punya kesedihan dan kebahagiaannya masing-masing. Wajar tho kalau yang biasa dipamerkan orang adalah kebahagiaan? Jadilah kita selalu melihat kebahagiaannya kemudian iri karenanya. Banyak orang sedang berjuang untuk kehidupannya yang lebih baik, tapi mungkin ada mereka yang lebih banyak bersyukur dengan apa yang diberi Tuhan di saat ia berjuang daripada mengeluhkan apa yang tak ditakdirkan Tuhan untuknya. 

Saya selalu yakin, Tuhan tidak pernah bermaksud menyusahkan kita jika kita nggak bikin masalah denganNya. Tuhan memberikan kelebihan dan kekurangan untuk menguji kita agar kita lebih kuat dan tangguh, bukan sebagai sesuatu untuk membuat kita susah. 


Saya yakin,
Tuhan dan semesta-Nya tidak bekerja tanpa alasan untuk setiap jengkal dalam kehidupan kita. 


“Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit.”  - Pramoedya Ananta Toer dalam Anak Semua Bangsa

5 comments:

  1. Sad lyf, me too actually but i don't care too much about that :)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. bersyukur kalo km nggak care too much about those things, Gung :D

      Delete
  2. Mari budayakan komentar disini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku lebih seneng kalo ada yg komentar di postingannya :D

      Delete
    2. Aku lebih seneng kalo ada yg komentar di postingannya :D

      Delete