Bunuh Diri dan Keadaan yang Tidak Baik-Baik Saja

"Aku off dulu seminggu ya. Aku sedang nggak sehat."
"Kamu sakit apa?"
"Emm. Doain aja aku segera baik-baik saja."

Beberapa waktu lalu bunuh diri live viral banget di media. Meski nggak nonton dan nggak mencari tau dengan sengaja, berita-berita dan opini orang-orang lalu lalang di lini masa media sosial saya. Dari yang menghujat, mengkasihani, hingga opini tentang bunuh diri itu sendiri. Saya sendiri senang jika banyak orang sudah peduli dengan gangguan dan kesehatan mental. Senang jika orang sudah mengerti bahwa nggak semua orang bisa mengatasi masalah atau stressor sama baiknya.  

Fenomena kemarin membuat saya ingat salah satu tulisan yang mangkrak di draft saya yang akhirnya menjadi trigger untuk melanjutkannya.

Suatu ketika, saya berada di masa-masa down dalam hidup saya. Banyak hal yang nggak bisa saya lakukan karena itu. Padahal saya sudah berkomitmen kepada sebuah event yang harus saya urusi. Tapi saya pikir, saya nggak mungkin bisa bekerja dengan baik dalam keadaan hati yang serba nggak enak ini. Entahlah apa namanya,  intinya hati saya dalam keadaan tidak baik-baik saja. 

Setelah mengobrol dengan seorang sahabat, Zahra, ia memberi saran bahwa saya sebaiknya istirahat selama beberapa hari. Membenahi hati, diri, dan kehidupan, baru kemudian kembali beraktivitas. Saya setuju dan saya ingin melakukannya. Namun yang memberatkan adalah saya bingung harus meminta izin apa kepada teman-teman di event tersebut. Karena saya cuman staf, maka saya harus izin ke beberapa atasan untuk melakukan off selama beberapa hari. Maka dari itu, saya hanya bilang bahwa saya sedang sakit dan ingin istirahat beberapa hari. 

Kemudian saya mikir bahwa mungkin lingkungan sosial saya belum bisa menerima bahwa orang bisa sakit secara mental. Kalo di fakultas saya sih sudah cukup bisa untuk menerima bahwa ada teman yang harus istirahat karena keadaan hatinya tidak baik-baik saja, tapi saya belum yakin di lingkaran sosial saya lainnya. Kalo orang bisa izin untuk istirahat karena sakit flu, kenapa nggak bisa izin karena sedang stres? Toh keduanya sama-sama mengganggu kan? Flu mengganggu fisik, stres mengganggu mental. 

Ada orang yang fisiknya kuat sehingga kena flu berat pun mereka masih bisa beraktivitas, namun ada pula yang fisiknya lemah yang kena flu sedikit aja harus bed rest. Begitu juga dengan gangguan mental. Ada yang nggak masalah jika ada masalah ini dan itu, tapi ada juga yang kena masalah sedikit bisa stres ringan. Jadi, nggak bisa banget kita bilang 'lah kamu gitu doang kok stres sih?'. Semoga orang yang demikian segera mengerti.

Jadi sebenernya menurut saya, sangat nggak masalah bagi kita kalau mau istirahat dari aktivitas jika kita merasa sedang nggak baik-baik saja secara mental. Nggak baik-baik saja secara mental bukan berarti gila ya. Karena sebenernya proses mental itu bisa pikiran, perasaan, dan hal-hal di diri kita yang nggak terlihat atau terobservasi. Misalnya sedih, marah, senang, dan lain-lain.

Dan sebaiknya kita mengurangi hal-hal seperti
"sensi amat sih jadi orang?"
"Nggak usah baper lah"
"Drama ih sedihnya berlebihan" dan lain-lain.
Karena kita nggak pernah tau kan, bagaimana hidup, masa lalu, pengalaman, keluarga, dan sosial membentuk pribadi-pribadi tertentu? Bisa jadi ada yang sedih sekali karena putus sama pacarnya karena mungkin cintanya adalah cinta pertamanya, tapi ada yang nggak sedih karena karena dia udah terbiasa patah hati. 

Namun, bagaimana orang menghadapi masalah itu berbeda-beda. Mungkin ada yang menyibukan diri agar lupa dengan apa yang menggangunya, mungkin ada yang menenangkan pikiran dan menyendiri, mungkin ada yang begini dan begitu. Kalau kamu merasa tidak perlu off dari kegiatanmu karena cara mu menghadapi masalah adalah dengan menyibukkan diri, ya lakukanlah. Karena ada juga orang yang malah merasa semakin sedih jika ia sendirian.

Yang pasti, menjadi tidak baik-baik saja itu nggak salah. Merasa butuh istirahat dan pertolongan itu nggak salah. Berhenti sejenak dari aktivitas karena jika melakukan aktivitas dengan keadaan tidak baik-baik saja malah membuat semuanya berantakan itu nggak salah. 

Yang salah adalah ketika melulu mencari excuse dan pemakluman berlebihan karena keadaanmu, apapun itu.
Yang salah adalah ketika terlalu lama meratap dan tidak berusaha memulihkannya.
Yang salah adalah ketika kamu mendiagnosis dirimu sendiri tanpa asesmen atau penilaian dan opini ahli. 





2 comments: