Menggantungkan Kebahagiaan

"Kalo ada orang yang menyakitimu, siapa yang salah? Kamu. Kamu sudah mengizinkan dirimu untuk disakiti. Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri." - Bu Bo, dengan perubahan seingatnya dan perubahan sedikit bahasa.

 Suatu ketika saat saya sedang bad mood, saya mengingat pertanyaan seorang sahabat saya, Zahra , "Kalo kamu badmood, apa yang kamu lakukan agar kembali mood, Lak?" Zahra kemudian menceritakan tentang sahabat kami yang lain, kalau sedang badmood atau sedang coping stres, dia nonton film di bioskop "Kalo kamu kan nggak suka nonton film, Lak."

Saya jadi ingat, seorang teman saya yang lain akan kembali mood kalo dia belanja. Ada juga yang mood kalo makan, ada yang mood lagi kalo ketemu pacaranya, dan lain sebagainya. Mungkin kamu punya berbagai cara untuk memperbaiki mood mu agar kembali baik lagi.

Kembali ke ketika-saya-badmood lagi.
Saya mikir apa ya yang bikin saya mood lagi?
Belum terjawab pertanyaan itu, saya malah mendapatkan pertanyaan lain.

Terlepas dari perbedaan mood dan kebahagiaan, saya malah menanyakan hal lain kepada diri saya sendiri "kenapa ya orang kerap sedih?".

Dan pertanyaan datang beriringan dengan jawaban:
"Bagi saya, orang sedih karena mereka menggantungkan kebahagiaannya kepada orang lain atau benda lain. Bukan kepada diri mereka sendiri."

Kita suka menggantungkan kebahagiaan pada orang lain, jadilah kebahagiaan itu hilang kalo orang itu pergi. Kita suka menggantungkan kebahagiaan pada benda, jadilah kebahagiaan itu hilang kalo kita nggak memiliki benda itu. Padahal kebahagiaan kan punya kita sendiri, kenapa digantungin di mana-mana? 

Seperti kata Bu Bo, kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Kalau ada yang membuat kita tidak bahagia, maka jangan beri ia izin untuk membuat kita tidak bahagia. 

Saya tau praktiknya tidak semudah itu. 

Tapi saya yakin kamu bisa melakukannya.

Dan juga aku.


"Berbahagialah dengan dirimu sendiri."

No comments:

Post a Comment