Pulang dan Rumah (3): Jatuh Cinta Selamanya

"Skripsimu tentang apa, Lak?"
"Tentang mempertahankan pernikahan."
"Hahaha, mempertahankan ya. Kamu sendiri aja gimana tuh?"

Entah apa yang membuat saya ingin menulis skripsi tentang mempertahankan pernikahan. Awalnya saya ingin sekali menulis skripsi tentang bagaimana seorang perempuan (istri) mempertahankan pernikahannya padahal suaminya sudah selingkuh. Yap, pasti akan sulit sekali mencari subjek. Pasti akan sulit mencari pasangan yang mengaku dulu sempat mengalami permasalahan demikian. Selain itu, seorang dosen pernah berkata kepada saya "Mbok kalo nulis skripsi jangan yang serem gitu, nanti jadi doa lho.". Akhirnya saya mengganti skripsi saya. Thanks, Pak Dosen.

Temanya masih tentang mempertahankan pernikahan, namun saya mengganti fokus penelitiannya. Saya insyaa Allah akan meneliti tentang sepasang suami istri yang istrinya menderita penyakit kronis, namun sang suami masih setia dengan sang istri (anyway, saya masih mencari subjeknya, kalau kamu ada kenalan dengan kriteria demikian, saya mohon bantuannya ya. Contact me: pelangiandria@gmail.com). 

Karena skripsi saya demikian, maka dosen pembimbing skripsi saya adalah Bu Budi Andayani atau biasa dipanggil Bu Ani yang fokus beliau adalah pernikahan dan keluarga. Menyenangkan sekali jika sedang bimbingan dengan beliau, sekali dua kali saya menyisipkan curhat dalam pertanyaan saya. Pernah suatu ketika saya menanyakan hal yang selama ini membuat saya penasaran:
"Bu, bener nggak sih kalo cinta dalam pernikahan itu hanya bertahan 3 tahun, lalu sisanya pernikahan bertahan hanya karena komitmen?"
"Nggak juga, tergantung. Jatuh cinta mungkin memang hanya di awal. Aku jatuh cinta sama dia karena itu, karena itu. Tapi cinta kan bisa dibuat dan dipertahankan." 
*Saya manggut-manggut*
 "Orang tu suka menggebu-gebu berjuang untuk mendapatkan, namun mereka sering lupa berjuang untuk mempertahankan."
*Saya senyum*

Jatuh cinta mungkin memang mudah, namun mempertahankannya yang susah. Kenapa ya? Malam lalu ketika saya stuck menulis tulisan ini, ketika saya hampir tidur, saya mendapat insight yang mungkin bisa diterima.

Lagi-lagi saya menganalogikannya sebagai rumah.

Kata orang, mencari rumah yang cocok itu tidak mudah. Mungkin memang benar, karena berdasar pengalaman saya cari kos pun tidak mudah. Banyak ini itu yang harus dipertimbangkan. Apakah lokasinya sesuai, apakah harganya sesuai, apakah desainnya sesuai, apakah dekat dari tempat kerja/sekolah, apakah lingkungan sekitarnya aman dan nyaman, apakah air, listrik, dan sinyal lancar, apakah bersih, apakah ini, apakah itu. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Mencari seseorang yang cocok pun juga tidak mudah. Tidak perlu saya jelaskan alasannya, semua sudah tahu.

Sampai pada akhirnya kita menemukan rumah yang sesuai dengan keinginan. Kita merelakan sejumlah uang yang sudah dikumpulkan untuk bisa membelinya. Kita mengumpulkan uang untuk bisa mengisinya dengan perabot sesuai selera. Kita berusaha agar rumah itu nyaman. Sampai pada akhirnya kita jatuh cinta dengan seseorang. Kita berusaha mengenalnya, kita berusaha mendekatinya, kita berusaha agar kita bisa nyaman dengan dia, dia pun nyaman dengan kita.

Lalu akhirnya, rumah itu menjadi milik kita. Lalu akhirnya, dia menjadi milik kita.

Semua hal baru memang butuh adaptasi, tapi karena kita suka dengan rumah itu kita merasa tidak masalah harus beradaptasi dan kita menganggapnya sebagai tantangan. Kita beradaptasi tidur di kamar yang baru, berdaptasi mandi di kamar mandi yang baru, beradaptasi menonton TV di ruang keluarga yang baru, beradaptasi menghadapi listrik mati di tempat yang baru, beradaptasi menghafalkan jalan pulang, dan lain sebagainya. Semua hal baru memang butuh adaptasi, tapi karena kita mencintainya, kita anggap sebagai tantangan. Beradaptasi dari yang biasanya sendiri kemudian bersama, beradaptasi untuk mengajaknya dalam beraktivitas, mengajaknya untuk berbagi pikiran, beradaptasi untuk saling membantu, beradaptasi dengan sifat-sifat dan perilakunya. Yang biasanya makan sendiri sesuai kesukaan kita, tapi karena sekarang makan berdua maka harus mencari tempat makan yang keduanya suka. 

Sampai suatu waktu, rumah yang tidak lagi baru itu berantakan karena ulah kita sendiri. Mungkin karena kita terlalu sibuk, kita tidak sempat membereskannya. Sepatu tidak di raknya, baju-baju kotor berserakan di lantai, lemari berantakan karena kita sering terburu menarik baju di tumpukan bawah, piring bekas makan masih menunggu di tempat cuci, kulkas kosong karena kita tidak sempat belanja, dan sebagainya. Sampai suatu waktu kita bermasalah dengannya.

Kita menjadi tidak nyaman. Kita menjadi tidak nyaman.

Pilihannya hanya dua. Membereskan rumah itu atau meninggalkannya. Pilihannya hanya dua. Membenahi hubungan itu atau meninggalkannya.

Rumah yang berantakan karena ulah kita haruslah kita sendiri yang membereskannya. Kita yang tahu bagaimana memperlakukan rumah tersebut. Kita yang tahu di mana letak rak sepatu, kita yang tahu bagaimana menggunakan mesin cuci, kita yang tahu bagaimana menata baju di lemari kita sendiri, kita yang tahu di mana spon cuci piring, kita yang tahu apa makanan yang suka kita makan di tengah malam yang harus kita simpan di kulkas. Kita tidak bisa meninggalkan rumah tersebut dalam keadaan tidak nyaman lalu berharap pulang dan rumah itu sudah menjadi rapi seperti sedia kala. Kitalah yang harus membereskannya. Hubungan yang berantakan karena ulah kita sendiri haruslah kita sendiri yang membereskannya. Karena hanya kita dan pasangan yang tahu bagaimana cara membenahinya.

Jatuh cinta mudah karena kadang kita hanya melihat keindahannya saja. Tetap mencintai sulit karena kita harus bertahan dengan segala keburukan atau masalah yang tiba-tiba datang. Mencintai tidak hanya dalam keadaan baik-baik saja, namun dalam keadaan berantakan sekalipun. Kalau kita memang sudah memutuskan untuk tinggal di rumah itu, maka kita harus siap dengan segala risiko yang kiranya akan ada. Kalau kita sudah memutuskan untuk mencintai seseorang, kita harus siap dengan segala risiko yang kiranya akan ada. 

Stay in love is not easy. Itu mengapa tidak semua orang bisa melakukannya. So, When you 'decide' to fall in love with someone, so decide to maintain your love too. Jadikanlah jatuh cintamu itu bermartabat dengan mempertahankannya. 

Pilihlah secara bijak siapa yang berhak menangkapmu ketika kamu jatuh.


sumber gambar: instagram @thegoodquote




2 comments:

  1. Honestly, ini pertama kalinya aku buka blog kamu Lak hehe. And you know what? Aku ketagihan baca tulisan demi tulisan :')
    Keep on writing, Lak! Bagus :D

    ReplyDelete