"Belajar Menjadi Manusia Seutuhnya"

"Coba Lak, jadi manusia. Yang nggak mengatur apa yang nggak kamu kuasai."


Beberapa waktu belakangan aku sedang mengalami sesuatu yang lebih dari overthinking, tetapi over-controlling dan over-expecting. Hahaha, ada nggak sih istilah itu sebenernya?

Anyway,
Banyak hal yang aku kejar, banyak hal yang aku inginkan, banyak hal yang aku merasa harus mendapatkannya. Sampai semua keinginan itu membuatku nggak karuan sendiri.

Kemarin, baru dua hari kemarin.
Aku menjalankan seminar proposal. Dan semprop itu memberiku insight yang mahal.
Beberapa orang tahu bahwa aku ingin cepat lulus, maka dari itu aku terkesan ngebut ngerjain bab 1-3 agar bisa segera semprop dan ambil data.

H-2 menjelang semprop, bukannya aku belajar untuk semprop, tapi aku malah cari subjek dan psikolog untuk penelitianku yang padahal belum tentu di-ACC sepenuhnya. Aku juga sibuk bantu share skala adekku, mikirin ini, mikirin itu, dan sebagainya. Mikirin dan kontrol semuanya seakan-akan aku punya kuasa terhadapnya.

Aku lupa menjadi manusia.

Sampai harinya, datanglah hari aku semprop. Harapanku awalnya-- semprop berjalan dengan lancar, sedikit revisi, bisa langsung nyicil ambil data. Eh ternyata enggak sesuai harapan.

Revisinya banyak dan besar. Selama semprop aku cenderung tenang, menjawab, meski beberapa kali meminta penguji untuk mengulang pertanyaan karena aku nggak hadir di situ. Kebanyakan sih, perasaanku datar karena saking messed up nya, aku cenderung flat.

Seusia semprop, mas Bima mendekatiku dan menyemangatiku. Begitu dosen keluar, aku nangis.

but my friends there. Mereka bilang "Revisi banyak itu nggak apa, you did your best."

Revisi banyak bukan satu-satunya hal yang kupikirkan saat itu, tetapi gimana cara revisinya, aku harus ngapain, yang kubetulin itu apa, aku bisa selesai cepet nggak ya, duit dari mana, dan blabla rasanya nampar-nampar pipiku.

Sampai akhirnya Ridho bilang, "Lak coba di-los. Tense mu tinggi banget."

"Aku percaya sih Rid, Tuhan bakal kasih jalan."
"Kamu ni percaya sama Tuhan, atau malah ngatur Tuhan? Coba jadi manusia."

Dari situ aku mencoba berprasangka kepada Tuhan, mungkin Tuhan ingin aku slow down dulu, nggak kontrol semuanya, dan pengen aku sadar bahwa aku sejatinya hanya manusia.

Kemakan bio twitter sendiri

Lalu dua hari ini aku mencoba untuk merevisi proposalku.
Banyak hal yang kuhindari tetapi malah harus kukerjakan, salah satunya adalah psikometri.
Sebagai mahasiswa psikologi yang rabun angka, sungguh psikometri adalah pelajaran tersulit buatku huhu. 

Barusan ini, aku ngeluh ke mas Bima.
"Aku pengen pinter deh, Mas. Sedih aku gini aja ga bisa-bisa."

Lalu kata Mas Bima,
"Lak, menjadi pintar itu limit. Kalau kamu pengen jadi pinter, ya kalo udah merasa pintar, berhenti kamu belajar. Tapi kalo kamu membuka ruang untuk mengembangkan diri ya nggak akan selesai."

Lagi-lagi aku belajar untuk menjadi manusia seutuhnya.
Tadinya aku cukup sedih karena merasa nggak pintar psikometri, tetapi sedikit demi sedikit aku merasa lega karena aku bodoh psikometri dan orang bodoh akan terus belajar.

Jadi inget bio twitternya Gus Mus

Dari dua kejadian tersebut aku meyakini bahwa aku akan terus belajar menjadi manusia seutuhnya.
Manusia yang sekedar mahluk, yang memang tidak diberikan kuasa untuk mengontrol apapun terutama mengontrol Tuhan, manusia yang memang kurang, manusia yang akan terus belajar dan berjuang hingga diperkenankan untuk menginjakkan kaki di tempat kembali.

4 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
  2. Aku pembaca baru di blog ini loh kak, saking senangnya kayaknya sudah hampir semua blog kaka sudah aku baca dalam waktu yang cukup singkat (wkwk). tulisan kaka menggugah sekali sampai rasanya aku juga ingin belajar psikologi. aku komen disini karna ini blog yang paling terbaru (iya kan?). terima kasih kak lala sudah memberikan inspirasi melalui tulisannya.
    di tunggu tulisan-tulisan keren selanjutnya.
    stay awesome!!!

    ReplyDelete
  3. Halo! Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk baca tulisanku :) semoga Lia bahagia sennatiasa ya :)

    ReplyDelete