Talking About Ex and Whatever

"Jangan malu, Lak. Semua itu kan yang membentuk kamu sampe sekarang ini."
Dalam perjalanan ke Semarang, aku mbatin, "Di tahun 2018 ini aku udah melakukan perubahan apa ya? Kayaknya kok nggak ada bedanya, jadi nggak ada ide untuk nulis."
Mikir dan terus mikir sampai akhirnya aku ingat bagaimana aku yang dulu; dulu itu ya mungkin 1-beberapa tahunan yang lalu.

I was suck at relationships. Any relationships.

Diingat-ingat, banyak hal yang sengaja kulakukan yang sebenarnya untuk tujuan melindungi diri tetapi malah nyakitin orang lain. Playing victim, being offensive, sengaja ngomong nggak enak biar orang lain merasa bersalah, dan bla-bla-bla. Sampai akhirnya aku sadar, hal-hal seperti itu memang kadang muncul tanpa diminta dan mungkin perilaku tersebut merupakan kompensasi dari diriku yang belum stabil. 

Aku ingat, my ex and I sering berdiskusi tentang playing victim, double standard, offensive, kesel sama satu orang dan berdampak ke lainnya, dan sikap-sikap tidak baik dalam berhubungan lainnya; dan bagaimana cara mengatasinya. Ngga hanya dengannya, aku juga berdinamika dengan keluarga,  teman-temanku, klien, orang yang nyipratin air kubangan ke aku di jalan, warganet, dan lain sebagainya. Mungkin kalau aku nggak berdinamika bersamanya dan ngga menyikapinya dengan dewasa, aku nggak akan sadar bahwa sikap-sikap itu kurang tepat. Kadang emang sakit hati sih. Namanya juga berkonflik. Tapi kemudian aku analisis, kenapa aku seperti itu? Apa tujuanku bersikap seperti itu? Hal apa yang menyinggung di diriku ketika mereka kritik aku seperti itu?

Meski, sampe sekarang aku kadang masih being suck at people, paling nggak aku sudah tahu ada yang salah dan tahu bagaimana kontrol diri agar nggak semena-menan sama sikapku.


Hal itu membuatku bersyukur dengan apa yang sudah kulalui selama ini.

Meski rasanya nggak enak (dikritik, push ourselves to get solutions, etc), tapi kalo nggak ada kejadian itu aku nggak belajar.
Meski my ex, keluarga, dan teman-temanku ngga menasihatiku secara tersurat tentang apa yang harus aku lakukan, tapi mereka mengajariku banyak hal melalui pengalaman.

Aku selalu percaya, pertemuan kita dengan siapapun pasti ada arti dan pelajarannya. Aku selalu percaya bahwa nggak ada yang kebetulan, termasuk pertemuan dan pengalaman.

Jadi, terima kasih untuk siapapun yang sudah berkontribusi dalam proses pendewasaanku.
Terima kasih diriku. Terima kasih Tuhan.

Mari kita hadapi 2019 dengan lebih baik.



2 comments:

  1. Nice post...

    I have one ...

    Adik kelaa yang mirip cerita ini

    ReplyDelete
  2. bersyukur dalam kondisi apapun, karena setiap permasalahan yang terjadi dalam hidup adalah cara allah menguji keimanan kita.

    ReplyDelete