"Aku punya role model. Role modelku itu (nyebutin nama beberapa artis). Kalo kamu siapa role model-nya, Lak?"
Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sampai sekarang saya nggak bisa jawab. Bukan berarti saya nggak pernah ngefans sama artis, kerap. Tapi kalau sampai menjadikan mereka role model sepertinya saya nggak pernah dengan-sengaja.
Dulu, saya pernah main ke beberapa stasiun TV di Jakarta. Di sana saya bertemu dengan beberapa artis yang saat itu sedang naik daun dan bahkan hingga saat ini mereka masih terkenal. Mungkin karena masih nggak tau apa-apa, saat itu saya kaget lihat beberapa artis yang jutek parah padahal di layar kaca terlihat ramah. Saya bahkan masih ingat salah satu artis pernah bilang "Gue baru mau senyum kalo udah mulai.". Mungkin saat itu dia lagi bad mood atau lagi ada masalah, tapi surprisingly ketika kamera mulai menyorot tingkah lakunya, dia jadi ramah as seen on TV. Selain itu, karena punya teman-teman yang bekerja dengan beberapa artis terkenal, saya juga sering dapat info tentang bagaimana si artis di balik layar. Dari yang kelihatannya anggun padahal sombong sampai yang kelihatannya baik-baik padahal kelakuannya nggak bener. Tapi nggak sedikit juga yang di layar keliatannya nggak baik-baik padahal aslinya luar biasa baik. Karena sering kaget dan kecewa, maka saya sekarang jarang kagum sekali sama artis. Karena sejatinya artis juga manusia biasa. Bedanya hanya dia bekerja ketika kamera menyorotnya. Maka nggak heran kalo dia selalu tampak sempurna. Kalo suka karena ganteng, karena cantik, karena berprestasi ya sering. Tapi ya nggak kemudian menjadikannya role model.
Karena kadang apa yang terjadi di atas panggung, nggak sesuai dengan apa yang terjadi di baliknya.
Meski demikian, ada satu public figure yang saya kagumi. Dialah Djenar Maesa Ayu. Ia menulis beberapa fiksi yang mungkin bagi beberapa orang vulgar. Ia nggak segan untuk nulis 'polisi moral dimohon untuk tidak jadi follower' di bio twitternya. Ia juga nggak jarang ngepost bir, rokok, dan tato di instagramnya. I adore her cause she has principle. She's kinda strong woman who has his own principle and doesn't care about what social standart want. Saya selalu kagum dengan perempuan seperti itu. Perempuan berprestasi positif yang punya prinsipnya sendiri dan berjalan di jalan yang ia tentukan sendiri. Mungkin nggak hanya Djenar Maesa Ayu, masih banyak perempuan seperti ini. Namun apakah saya menjadikan ia sebagai role model saya? Apakah saya ingin bertato dan nyicip bir karena menurut saya jika Djenar yang melakukan itu keren? Saya memiliki prinsip saya sendiri yang membuat saya tidak bisa mengikuti cara hidup-nya. Mengangumi Djenar Maesa Ayu membuat saya yakin bahwa mengagumi seseorang bukan berarti membuat kita juga mengikuti orang tersebut apalagi menjadikannya role model.
Saya lebih senang menjadikan orang terdekat menjadi role model saya. Meski tidak kemudian saya mengikuti dan ingin seperti dia, tapi saya kadang mengikuti kebaikan-kebaikan yang orang terdekat saya lakukan. Di sekitar saya banyak perempuan berprestasi yang rendah hati, santun, dan berhati tulus yang membuat saya juga ingin seperti mereka dengan cara saya sendiri.
Contohnya ketika SMA, saya memiliki seorang teman perempuan. Bisa dibilang orangnya baik banget. Dia suka melakukan kebaikan-kebaikan kecil yang tulus. Salah satu kebiasaan kecilnya yang saya masih usahakan ikuti sampai sekarang adalah dia peka banget kalau ada yang nggak bener di sekelilingnya. Contoh paling sederhana adalah ketika bolpen temennya jatuh, tanpa diminta dia akan reflek mengambilkan dengan sangat cepat. Bagi saya, mengikuti kebaikan orang di sekeliling kita rasanya lebih nyata.
Dalam masa pencarian jati diri ini, saya selalu yakin bahwa nggak semua yang terlihat dengan mata saya pasti sama dengan apa yang terjadi di balik tirai. Saya juga belajar bahwa mengikuti trend atau gaya hidup seseorang juga harus disesuaikan dengan diri kita sendiri.
No comments:
Post a Comment