Box Bianglala yang Macet di Bawah

"Lak, aku baca blogmu lho kemarin yang She Was Rainbow but He Was Colorblind. Bagus banget, mengisnpirasi. Kamu terinspirasi dari mana sih?" Tanya seorang teman dalam perjalan ke kelas pagi tadi.

Dua postingan blog saya yang paling baru (She Was Rainbow but He Was Colorblind dan Media Sosial dan Sosial) saya tulis dalam keadaan tidak baik-baik saja, namun keduanya merupakan tulisan saya dengan terbanyak pembaca sejauh ini. Ketika ada yang nanya "Kamu terinspirasi dari mana?" ya dari banyak hal, dari sekeliling, dari kesedihan saya, dari kekhawatiran saya, dari keresahan saya, dari kesendirian saya, dari hal-hal yang membuat saya tidak baik-baik saja. Keduanya adalah buah dari kesedihan saya akhir-akhir ini. Begitu juga tulisan saya yang ini:

6 November kemarin mungkin Tuhan sedang gemes sama saya, mungkin Tuhan ingin menunjukkan sesuatu yang sedari dulu saya nggak sadar-sadar.

Dua bulanan ini saya sedang berada di 'bawah', sama seperti menaiki sebuah bianglala, sekarang box yang sedang saya tumpangi sedang berada di bawah. Saya kerap sedih, kerap menangis, kerap diam, kerap tidak dalam mood yang baik, dan yang paling parah saya kerap merasa nggak berguna. Yes Iam. 


6 November pagi kemarin, saya iseng nge-like share postingan LINE saya yang berisi link tulisan "She Was Rainbow but He Was Colorblind". Saya bener-bener iseng dengan sedikit harapan ada pembaca tambahan. Sampai ada seorang teman yang ngomen"Tulisan ini viral banget sampe hari ini masih ada di timelineku." Yap karena saya nge-share itu lagi. Nggak terduga, salah satu sahabat saya baru baca itu dan nge-share di timeline nya dengan caption "Kesayanganku", kemudian ia menulis di kolom komentar:


"Ketika aku sedang krisis kepercayaan diri then you wrote 'it's okay, someday you will be rainbow for the right person.' Yes..
Komentarnya membuat saya menarik kedua ujung bibir, saya senang tulisan saya bermanfaat buat orang lain, apalagi dia adalah sahabat saya sendiri. Ada pula orang yang tidak saya kenal men-share tulisan saya sembari membubuhkan pesan manis untuk saya:
"Pesanku buat mbak penulis: semoga hal-hal yang ada pada dirimu ini bisa jadi suatu wadah untuk menyaring orang-orang terbaik. Tak hanya jodoh, tapi juga sahabat-sahabat terbaikmu. Dan saya tengah mempraktikkannya detik ini. Salam #movember :)'

Bertambah lah kebahagiaan saya.

Sembari terus bertambah jumlah pembaca dan likes, saya meninggalkan blog saya sejenak dan mengemban sebuah tugas menjadi moderator di semacam acara motivasi bagi anak SMA di fakultas saya. Saya senang melihat antusiasme siswa-siswa SMA yang melihat narasumber luar biasa di depan mereka. Setelah acara berakhir, para peserta seminar meminta foto, saya pikir mereka hanya ingin foto bersama para narasumber, tapi ternyata mereka juga ingin berfoto bersama saya. Mereka semangat sekali berebut untuk bisa foto bersama kami sambil kemudian menyalami kami dan berulang mengucapkan terima kasih. Saya merasa terharu karena di sini saya bukan siapa-siapa, saya hanya moderator yang CV nya tidak sepanjang para narasumber, tapi mereka tetap menghargai saya.

Di situ akhirnya Tuhan selesai gemes sama saya karena saya sadar sebuah hal. Mungkin memang saya nggak berguna bagi seseorang atau beberapa orang, mungkin memang dia atau mereka ngga butuh saya hingga memilih untuk meninggalkan saya, but see Bianglala, ternyata masih ada orang yang bahagia karena kamu, masih ada orang yang berseri-seri wajahnya ketika bertemu kamu, masih ada yang menunggu tulisan baru di blogmu, masih ada yang terisnpirasi dari bahan keresahanmu. Masih ada.

So if you at my place too, jika kamu juga berada di box bianglala yang sedang macet di bawah, jika kamu merasa bukan siapa-siapa, just stop thinking about that. Masih ada orang yang sayang dan mengharapkan kamu, masih ada orang yang butuh semangat darimu, masih ada orang yang jauh lebih di bawah dan butuh kamu untuk bersama-sama menggerakan box bianglala sampai berada di atas. It's okay to be there, kadang berada di bawah lebih baik daripada berada di atas dan merasa angkuh, kan? So, if someday you're at top, see people at bottom, they really need you. Help them.