"He, mosok tho dek?"
"Iya, dari dulu malah."
*
Cerita lain.
Saya sekelas makul X sama sebut saja Ibr. Di kelas itu ada dua dosen. Dosen A dan B. Saya suka sama dosen A, tipe dosen kakek2 gitu, notabene dosen itu dulu dosen Ibu saya. Ibu saya beberapa kali cerita ttg beliau. Sebenernya Pak A itu enak kalo ngajar, cuma caranya masih konvensional. Jadi pada bosen aja. Sedangkan saya nggak suka sama dosen B. Ngajarnya ke mana-mana, nggak terstruktur.
Nah.
Saya berkali2 bilang gitu kalo Pak A itu sebenernya enak dan bla bla. Si Ibr nggak suka sama Pak A karena bla bla, dia lebih suka sama dosen B.
Suatu ketika, Ibr bilang kalo lama-lama dia suka sama Pak A, katanya katena terpengaruh sama omongan saya.
*
Itu baru yg confess. Mungkin masih ada beberapa orang yg terpengaruh sama
Omongan saya. Saya jadi takut, kekuatan omongan bisa begitu besar, padahal saya sering ngomong nggak baik juga. Padahal kalo ngomong yg sok bijak saya suka merinding sendiri, kadang ilfil sih. Ilfil sama diri sendiri.
Mungkin banyak yg suka ngeluh nggak suka Hari Senin, bahkan sampe bikin status. Banyak juga yg males masuk kuliah lagi, dan bikin status. Itu dua hal yg nggak saya suka. Kamu benci sesuatu dan kami ngajak org lain juga ikutan benci. Karena namanya baca status orang di timeline itu pasti "nggak sengaja", eh jadi terpengaruh deh.
Gitu aja sih.
Cuma mau cerita.
Udah lama nggak nulis juga.
Semoga saya bisa ngomong yg baik-baik aja mulai detik ini eaaa
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Kan. Jadi merinding.
No comments:
Post a Comment