Ibu dan Mi Instan.

SE-LA-MAT HA-RI I-BU!
Eh.

Kapan sih hari Ibu? Hari ini?
Atau besok?

Ah entahlah.
entah kapan, entah siapa juga yang membuatnya dulu.

Tapi menurut saya, hari ibu itu setiap hari.
Ya, klasik sekali kalimat saya barusan.
Tapi itu benar kan?

Nggak cuma pas hari ibu kita bisa bilang sayang sama ibu kita
Nggak cuma pas hari ibu kita bisa ngasih sesuatu buat ibu kita

Nggak cuma pas hari ibu kita bisa nulis sesuatu tentang ibu kita.

Barusan saya masak mi instan. lalu saya ingat sesuatu tentang mi instan dan ibu saya.
Ibu saya kalo masak mi instan rebus untuk saya dan adik saya pasti masak airnya dua kali.
yang satu untuk ngerebus mi nya, dan yang satu untuk kuahnya.
jadi ibu saya nggak mau kami makan air bekas rebusan mi yang 'katanya' nggak sehat itu.

lalu kalau masak mi instan goreng, ibu saya pasti menyiram mi yang baru diangkat dari rebusan dengan air matang, agar mi itu bersih dari air bekas rebusan.

berlebihan kan?
Ya, cinta ibu saya buat saya dan adik saya memang berlebihan.

Bahkan saya kalo masak mi nggak segitunya.
Kemudian saya mikir,
Bahwa cinta ibu saya ke saya itu (mungkin) bahkan lebih daripada saya mencintai diri saya sendiri.

atau mungkin, 'mungkin' itu tidak dibutuhkan dalam kalimat barusan.


No comments:

Post a Comment