Media Sosial dan Sosial

"Eh rapatnya jam berapa sih?"
"Jam 9 ya, sesuai kesepakatan kemarin."
"Duh baru bangun nih. Jam 10 aja ya."
"Oke deh jam 10. Tapi on time ya."

***

"Eh kita jadi reuni nggak hari ini?"
"Kayaknya jadi sih."
"Sorry ternyata aku nggak bisa."
"Iya sama, aku juga harus pergi ke tempat lain nih."
"Wah jadi tho? Aku baru inget aku ada les."
"Ya udah reuninya nggak jadi hari ini aja ya."

***

Pernah nggak ada percakapan kayak gitu di grup instant messaging kalian? Rencana kumpul jam berapa, tiba-tiba setengah jam atau bahkan sepuluh menit sebelumnya ada yang minta berubah waktu. Ngerencanain kumpul bareng temen sejak lama, eh pas hari H pada nge-cancel. Pernah? Saya kerap, bahkan kadang saya lah yang minta mundurin waktu atau yang tiba-tiba membatalkan janji. Dari perilaku buruk itu saya jadi mikirin satu hal, "Zaman dulu ketika komunikasi nggak semudah ini, apakah orang melakukan hal sama?". Dulu ketika bahkan komunikasi lewat telepon umum, apakah ada orang yang sepuluh menit sebelum ngumpul bela-belain ke telepon umum dan nelpon "Eh aku ngga bisa ternyata, nggak jadi ya.". Ada nggak ya? Kemudian saya berpikir, mungkin karena kemudahan berkomunikasi ini orang jadi kurang menghargai sebuah pertemuan.

Dulu, orang mau ngumpul ya janjiannya ketika mereka ketemu aja (karena nggak ada grup Line atau WA). Mereka janjian kumpul hari apa, jam berapa, di mana. Nggak kayak sekarang yang nentuin tempat biasanya mendekati waktu ngumpul. Karena kemudahan komunikasi, orang jadi mudah untuk nge-cancel sebuah pertemuan. Maka dari itu kerap didengar "Ah sok ide mau ngumpul, paling wacana." Mungkin dulu, karena komunikasi tidak semudah sekarang, orang jadi menghargai sebuah pertemuan karena menghubungi untuk membatalkan pertemuan karena sekedar mager mungkin lebih berat daripada untuk menjadikan pertemuan itu ada.

***

"Eh taro dong hapenya, pas ketemuan nih."
"Dari tadi main hape mulu sih, padahal ada aku di sini."
"Coba ya, kalau kita lagi jalan, jangan sibuk ma hape sendiri-sendiri."
"Kalau kamu main hape terus pas kita bareng, aku ngerasa apa yang ada di hapemu itu lebih menarik daripada aku."

***

Sering kan ya kayak gitu, bahkan sampe ada challenge untuk naro hape dengan posisi kebalik di tengah meja ketika ngumpul bareng temen-temen. Lagi-lagi kita jadi kurang menghargai sebuah pertemuan. Sekalinya ngumpul sama temen-temen, eh malah sibuk ma hape sendiri-sendiri, sekalinya kencan sama pacar, eh malah scrolling timeline. Padahal menyempatkan waktu untuk ketemu udah sulit, sekalinya ketemu malah nggak dimanfaatkan. Sekarang berhubungan memang lebih mudah. Sama temen-temen satu geng biasanya lewat sebuah grup, jadi mudah kalo sehari-hari mau ngobrol. Sekalinya jalan bareng, bahan pembicaraan suka habis dan memilih untuk sibuk ma gadget masing-masing. Akhirnya, ketemuan nggak jarang dijadikan bahan update atau sebagai 'materi' nambah postingan di instagram. Mungkin dulu orang lebih menghargai sebuah pertemuan karena komunikasi nggak semudah sekarang, ditambah belum ada demam gadget. Karena jarang berkomunikasi, sekalinya ketemu mereka akan lebih excited ketika bertemu.

***

"Aku maklum kok kalo pacarku ngechat perempuan lain kalo akunya lagi sibuk."
"Awalnya aku ngomen dp nya sih."
"Bukan selingkuh kok, aku cuma chat aja ma dia."
"Yang penting add dulu aja, urusan ngechat liat entar."

***

Kalimat pertama agak mengejutkan ya? Tapi saya pernah denger sendiri seorang temen bicara gitu.

Karena media sosial, banyak orang yang kurang menghargai hubungan. Dulu, mau pedekate pake surat-suratan, harus berani ke rumahnya, kalo nelpon harus 'ngelewatin' bapak atau ibunya yang nerima duluan. Zaman berkembang, orang mulai pake SMS, awalnya harus bersusah-susah ria dapetin nomornya. Beda dengan sekarang. Kontak Line seabrek, saling share id udah biasa, bahkan ada yang mencantumkan id Line di bio instagram/twitter. Ngedeketin orang semakin mudah. Berawal dari kesepian, asal ngechat yang kira-kira lagi online, dan seterusnya dan seterusnya. Dulu, ngedapetin satu usaha untuk deket aja berliku-liku, sekarang yang satu nggak respon, masih ada kontak lain di bawahnya :) Maka dari itu sekarang ada istilah "tebar jala", karena dalam sekali waktu bisa dengan mudah ngedektin banyak orang, karena ngedeketin sekedar "add aja dulu, perkara deketin liat entar." Kalau ngedeketinnya seremeh itu, ngelepasnya pun akan mudah juga. Nggak menutup kemungkinan yang sedang berpacar pun demikian. Pacarnya lagi sibuk, bisa ngechat yang lain karena 'mudah'. Sekarang selingkuh semakin mudah. Beberapa orang jadi kurang menghargai sebuah hubungan.

***

Padahal seharusnya kita bersyukur dengan kemudahan komunikasi. Bisa dengan mudah membuat janji untuk bertemu, bisa dengan mudah menghubungi teman-teman dekat dalam satu grup, dan bisa memudahkan berkomunikasi dengan pacar walaupun LDR. Tapi sayangnya, bagi beberapa orang media sosial justru menjadi media yang membuat mereka tidak menghargai pertemuan, pertemanan, dan hubungan.